Senin, 14 November 2011

Peran Manajer

BAB I
PENDAHULUAN


A.        Latar  Belakang
Peranan manajer dalam suatu organisasi itu sangatlah penting karena keberadaan manajer yaitu menjadi palang pintu atau menjadi salah satu ujung tombak dari keberhasilan dalam berorganisasi. Salah satu tugas atau peran manajer yaitu harus bisa mengelola konflik dalam organisasi yang dipimpinnya sehingga setiap konflik itu bisa diselesaikan dengan baik dan tidak ada yang merasa dirugikan. Manajer adalah Manajer adalah seseorang yang bekerja melalui orang lain dengan mengoordinasikan kegiatan-kegiatan mereka guna mencapai sasaran organisasi. Posisi manajer menjadi sangat krusial bila Direktur atau Deputy dan diharapkan mempunyai peranan dalam meningkatkan serta menjaga keseimbangan dalam organisasi. Bak panglima perang di era global yang sarat kompetisi, seorang manajer mengemban tugas menjamin ketersediaan, keakuratan, ketepatan, dan keamanan informasi serta pengaturan organisasi yang baik serta yang dibutuhkan oleh organisasi untuk mencapai tujuan organisasi sekaligus meningkatkan eksistensi organisasi di tengah-tengah lingkungannya. Keberhasilan menjalankan tugas ini mensyaratkan manajer mempunyai kemampuan multidisiplin, antara lain: teknologi, bisnis, dan manajemen, serta kepemimpinan.
Berbagai kemampuan tersebut memang harus dimiliki oleh seorang manajer. Apalagi, tantangan sebagai manajer tidaklah ringan. Pertama, implemetansi organisasi memerlukan proses transformasi baik proses perkembangan suatu organisasi. Di sini informasi adalah hasil pengolahan data yang relevansinya sangat tergantung kepada waktu. Kedua, kesiapan SDM untuk dapat memanfaatkan peluang yang memerlukan pengembangan kompetensi baru dan disiplin. Ketiga, pengelolaan perubahan (change management) baik yang sifatnya sistemik maupun ad hoc. Selain itu manajer harus mencari solusi menyusul dampak dari perubahan.
Empat sifat umum yang mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan kepemimpinan organisasi, yakni : (1) Kecerdasan, artinya pemimpin harus memiliki kecerdasan lebih dari pengikutnya, tetapi tidak terlalu banyak melebihi kecerdasan pengikutnya. (2) Kedewasaan dan keluasan hubungan sosial, artinya seorang pemimpin harus memiliki emosi yang stabil dan mempunyai keinginan untuk menghargai dan dihargai orang lain. (3) Motivasi diri dan dorongan berprestasi, sehingga pemimpin akan selalu energik dan menjadi teladan dalam memimpin pengikutnya. (4) Sikap-sikap hubungan kemanusiaan, dalam arti bahwa pemimpin harus menghargai dan memperhatikan keadaan pengikutnya, sehingga dapat menjaga kesatuan dan keutuhan pengikutnya. Selain itu seorang manajer harus mampu mengelola konflik yang terjadi dalam suatu organisasi dan dapat mencari win-win solution sehingga kerjasama tim bisa berjalan dengan baik,
Pemimpin harus memiliki tiga kemampuan khusus yakni :
·         Kemampuan analitis (analytical skills), yakni kemampuan untuk menilai tingkat pengalaman dan motivasi bawahan dalam melaksanakan tugas.
·         Kemampuan untuk fleksibel (flexibility atau adaptability skills), yaitu kemampuan untuk menerapkan gaya kepemimpinan yang paling tepat berdasarkan analisa terhadap siatuasi.
·         Kemampuan berkomunikasi (communication skills), yakni kemampuan untuk menjelaskan kepada bawahan tentang perubahan gaya kepemimpinan yang Anda terapkan.
Ketiga kemampuan diatas sangat dibutuhkan bagi seorang manajer, sebab seorang manajer harus dapat melaksanakan tiga peran utamanya yakni peran interpersonal, peran pengolah informasi (information processing), serta peran pengambilan keputusan (decision making) (Gordon, 1996 : 314-315). Peran pertama meliputi meliputi peran figurehead (sebagai simbol dari organisasi), leader (berinteraksi dengan bawahan, memotivasi dan mengembangkannya), dan liaison (menjalin suatu hubungan kerja dan menangkap informasi untuk kepentingan organisasi). Sedangkan peran kedua terdiri dari tiga peran juga yakni monitor (memimpin rapat dengan bawahan, mengawasi publikasi perusahaan, atau berpartisipasi dalam suatu kepanitiaan), disseminator (menyampaikan infiormasi, nilai-nilai baru dan fakta kepada bawahan) serta spokesman (juru bicara atau memberikan informasi kepada orang-orang diluar organisasinya). Adapun peran ketiga terdiri dari empat peran yaitu entrepreneur (mendesain perubahan dan pengembangan dalam organisasi), disturbance handler (mampu mengatasi masalah terutama ketika organisasi sedang dalam keadaan menururn), resources allocator (mengawasi alokasi sumber daya manusia, materi, uang dan waktu dengan melakukan penjadualan, memprogram tugas-tugas bawahan, dan mengesahkan setiap keputusan), serta negotiator (melakukan perundingan dan tawar menawar).
B.        Permasalahan
Berdasarkan pendahuluan diatas maka masalah yang akan dibahas adalah bagaimana peran Manajer mengatasi konflik yang terjadi di PTPN. II Kebun Basilam.
BAB II
PEMBAHASAN

A.        Peran Mananajer , Keterampilan Manajer dan Pengertian Konflik

1.         Peran Manajer
Peranan manajer dalam suatu organisasi itu sangatlah penting karena keberadaan manajer yaitu menjadi palang pintu atau menjadi salah satu ujung tombak dari keberhasilan dalam berorganisasi. Manajer adalah seorang yang memiliki tanggung jawab seluruh bagian pada suatu perusahaan atau organisasi. Manajer memimpin beberapa unit bidang  fungsi pekerjaan yang mengepalai beberapa bawahan. Pada perusahaan yang berskala kecil mungkin cukup diperlukan satu orang manajer umum, sedangkan pada perusahaan atau organisasi yang berkaliber besar biasanya memiliki beberapa orang manajer umum yang bertanggung-jawab pada area tugas yang berbeda-beda.
Peran manajer meliputi:
1.    Peran Interpesonal
Berkaitan dengan hubungan manajer dan orang – orang disekitarnya.
2.    Peran dalam kaitannya dengan peran informasi
Berperan dalam hal menyebarkan informasi kepada bawahannya, serta memonitar lingkungan untuk mengetahui apa yang tengah terjadi.
3.    Peran pengambil keputusan
Pengambil keputusan ini dapat berperan sebagai:
a.       Entrepreneur : Manajer berusaha mengembangkan aktivitas tertentu yang mendorong unit kerjanya untuk menggunakan ide dan metode baru.
b.      Disturbance handler : Manajer harus mampu menangani permasalahan yang terjadi dalam lingkungan kerja yang ternyata keluar dari kendali.
c.       Resource allocator : Manajer menentukan siapa didalam unit kerja yang menerima sumberdaya tertentu dan berapa jumlahnya.
d.      Negotitor : Manajer dituntut untuk melakukan negosiasi, misalnya dengan pemasok.

2.         Tingkatan Manajer
Manajer pada dasarnya terdiri atas 3 tingkatan utama yaitu:
1.    Manajer Puncak ( Top Manager )
Manajer tingkat ini bertanggung jawab terhadap keseluruhan kinerja dan keefektifan perusahaan, membuat suatu kebijakan umum, memformulasikan strategi, menyetujui semua keputusan yang signifikan, dan mewakili perusahaan dalam bernegosiasi dengan perusahaan lain dan dengan badan pemerintah. Contoh top manajemen adalah CEO (Chief Executive Officer), CIO (Chief Information Officer), dan CFO (Chief Financial Officer).
2.    Manajer Menengah (Middle Manager )
Manajer tingkat ini menduduki posisi yang bersifat otonomi dan sangat penting. Bertanggung jawab atas pengimplementasian strategi, kebijakan dan keputusan yang ditetapkan oleh manajer puncak. Jabatan yang termasuk manajer menengah di antaranya kepala bagian, pemimpin proyek, manajer pabrik, atau manajer divisi.
3.    Manajer Lini Pertama ( First-Line Manager )
Manajer tingkat ini menghabiskan mayoritas waktunya untuk bekerja sama dengan dan sekaligus mengawasi semua karyawan yang ada. Dikenal pula dengan istilah manajemen operasional, merupakan manajemen tingkatan yang paling rendah Mereka sering disebut penyelia (supervisor), manajer shift, manajer area, manajer kantor, manajer departemen, atau mandor (foreman).
3.  Etika manajerial
Etika manajerial adalah standar prilaku yang memandu manajer dalam pekerjaan mereka. Ada tiga kategori klasifikasi menurut Ricky W. Griffin:
  • Perilaku terhadap karyawan
  • Perilaku terhadap organisasi
  • Perilaku terhadap agen ekonomi lainnya
4.    Pengertian Konflik Organisasi
Menurut Baden Eunson (Conflict Management, 2007,diadaptasi), terdapat beragam jenis konflik:
a)      Konflik vertikal yang terjadi antara tingkat hirarki,seperti antara manajemen puncak dan manajemen menengah, manajemen menengah dan penyelia, dan penyelia dan subordinasi. Bentuk konflik bisa berupa bagaimana mengalokasi sumberdaya secara optimum, mendeskripsikan tujuan, pencapaian kinerja organisasi, manajemen kompensasi dan karir.
b)      Konflik Horisontal, yang terjadi di antara orang-orang yang bekerja pada tingkat hirarki yang sama di dalam perusahaan. Contoh bentuk konflik ini adalah tentang perumusan tujuan yang tidak cocok, tentang alokasi dan efisiensi penggunaan sumberdaya, dan pemasaran.
c)      Konflik di antara staf lini, yang terjadi di antara orang-orang yang memiliki tugas berbeda. Misalnya antara divisi pembelian bahan baku dan divisi keuangan. Divisi pembelian mengganggap akan efektif apabila bahan baku dibeli dalam jumlah besar dibanding sedikit-sedikit tetapi makan waktu berulang-ulang. Sementara divisi keuangan menghendaki jumlah yang lebih kecil karena terbatasnya anggaran. Misal lainnya antara divisi produksi dan divisi pemasaran. Divisi pemasaran membutuhkan produk yang beragam sesuai permintaan pasar. Sementara divisi produksi hanya mampu memproduksi jumlah produksi secara terbatas karena langkanya sumberdaya manusia yang ahli dan teknologi yang tepat.
d)     Konflik peran berupa kesalahpahaman tentang apa yang seharusnya dikerjakan oleh seseorang. Konflik bisa terjadi antar karyawan karena tidak lengkapnya uraian pekerjaan, pihak karyawan memiliki lebih dari seorang manajer, dan sistem koordinasi yang tidak jelas.
5. Faktor penyebab konflik
1.  Perbedaan individu, yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.
Setiap manusia adalah individu yang unik. Artinya, setiap orang memiliki pendirian dan perasaan yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya.
2.    Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda.
Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan menghasilkan perbedaan individu yang dapat memicu konflik.
3. Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok.
Manusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda. Oleh sebab itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau kelompok memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat melakukan hal yang sama, tetapi untuk tujuan yang berbeda-beda. misalnya konflik antara kelompok buruh dengan pengusaha yang terjadi karena perbedaan kepentingan di antara keduanya. Para buruh menginginkan upah yang memadai, sedangkan pengusaha menginginkan pendapatan yang besar untuk dinikmati sendiri dan memperbesar bidang serta volume usaha mereka.
4. Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.
Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan tersebut dapat memicu terjadinya konflik sosial. Misalnya, pada masyarakat pedesaan yang mengalami proses industrialisasi yang mendadak akan memunculkan konflik sosial sebab nilai-nilai lama pada masyarakat tradisional yang biasanya bercorak pertanian secara cepat berubah menjadi nilai-nilai masyarakat industri.
6. Penyebab Konflik
Konflik dapat berkembang karena berbagai sebab, antara lain sebagai berikut:
  1. Batasan pekerjaan yang tidak jelas
  2. Hambatan komunikasi
  3. Tekanan waktu
  4. Standar, peraturan dan kebijakan yang tidak masuk akal
  5. Pertikaian antar pribadi
  6. Perbedaan status
  7. Harapan yang tidak terwujud
7.    Pengelolaan Konflik
Konflik dapat dicegah atau dikelola dengan :
  • Disiplin : Mempertahankan disiplin dapat digunakan untuk mengelola dan mencegah konflik.
  •  Pertimbangan Pengalaman dalam Tahapan Kehidupan : Konflik dapat dikelola dengan mendukung pegawai untuk mencapai tujuan sesuai dengan pengalaman dan tahapan hidupnya. Misalnya : pegawai yang berprestasi dapat dipromosikan untuk mengikuti pendidikan kejenjang yang lebih tinggi, sedangkan bagi pegawai senior yang berprestasi dapat dipromosikan untuk menduduki jabatan yang lebih tinggi.
  • Komunikasi : Suatu Komunikasi yang baik akan menciptakan lingkungan yang terapetik dan kondusif. Suatu upaya yang dapat dilakukan manajer untuk menghindari konflik adalah dengan menerapkan komunikasi yang efektif dalam kegiatan sehari-hari yang akhirnya dapat dijadikan sebagai satu cara hidup.
  • Mendengarkan secara aktif : Mendengarkan secara aktif merupakan hal penting untuk mengelola konflik. Untuk memastikan bahwa penerimaan para manajer telah memiliki pemahaman yang benar, mereka dapat merumuskan kembali permasalahan para pegawai sebagai tanda bahwa mereka telah mendengarkan.
B.        Peran Manajer Dalam Mengatasi Konflik Di PTP. II Kebun Basilam Tanjung Morawa

1.         Permasalahan / Konflik yang Terjadi
Permasalan dan konflik yang terjadi di PTP. II Kebun Basilam berawal dari krisis yang menimpa PTPN. II. Mulai dari ketiadaan direktur utama di kantor direksi PTPN. II hingga masalah dikebun sendiri yaitu merosotnya hasil produksi sehingga tidak sanggup untuk membiayai gaji karyawan. Kurangnya tenaga kerja namun pihak PTP tidak mampu untuk merekrut tenaga kerja baru dikarenakan tidak mampu  untuk menggaji, sehingga ada bagian dimana karyawan harus merangkap pekerjaan.
Merosotnya hasil produksi bukan dikarenakan produksi kebun tidak baik, namun lebih dikarenakan banyak karyawan atau penduduk setempat yang melakukan pencurian di kebun PTP tersebut. Akibatnya hasil yang diterima PTP tidak sebanding dengan biaya yang harus dikeluarkan.
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, konflik terjadi karena adanya perbedaan individu, perbedaan kepentingan atau dikarenakan harapan yang tidak terwujud.  Misalkan dilihat dari perbedaan kepentingan, beberapa orang mempunyai kepentingan untuk mensejahterakan keluarganya dengan mencuri, dilain pihak perusahaan menginginkan tidak adanya pencurian sehingga produksi bisa lancer dan perusahaan dapat kembali memberikan bonus bagi karyawannya.
Dengan adanya perbedaan kepentingan ini terkadang ada pihak – pihak yang menginginkan posisi tertentu sehingga pihak tersebut berupaya untuk membela orang yang bersalah guna menambah konflik yang terjadi. Contoh jika ada masyarakat yang tertangkap mencuri dan akan diserahkan kepada  yang berwajib, maka pihak tersebut akan berusaha untuk menambah panas suasana dengan mengajak masyarakat untuk berdemonstrasi dan sebagainya. Hal ini terkadang memicu pertikaian antar pribadi.

2.         Peran Manajer Dalam Mengatasi Konflik
Dalam mengatasi permasalah yang terjadi di PTPN. II kebun basilam, Manajer dikebun tersebut telah melakukan beberapa hal sebagai berikut:
1.       Untuk mencegah pencurian di Kebun Basilam pihak manajer mengambil kebijaksanaan untuk bekerjasama dengan pihak kepolisian untuk mengamankan areal perkebunan.
2.       Jika ada masyarakat atau karyawan yang tertangkap melakukan pencurian, manajer mengusahakan menyelesaikannya dengan jalan kekeluargaan. Hal ini dilakukan karena jika dibawa kepada pihak berwajib akan menyulut permasalahan lebih jauh.
3.       Untuk mengatasi kurangnya tenaga kerja, pihak perkebunan tidak merekrut tenaga kerja baru sebagai karyawan namun memberlakukan sistem kerja harian lepas. Dimana masyarakat dapat bekerja di PTP tersebut namun dibayar secara harian dan tidak mendapat tunjangan apapun.
Dalam pengelolaan konflik dapat dicegah dengan mempertahankan disiplin, pertimbangan pengalaman dalam tahapan kehidupan, berkomunikasi dan mendengarkan secara aktif. Hal tersebut telah dilakukan oleh pihak manajer PTPN. II Kebun Basilam, namun yang masih belum optimal dilakukan adalah tidak diberlakukannya pemecatan ataupun sanksi kepada karyawan yang telah melakukan kecurangan. Sehingga tidak membuat jera bagi karyawan yang melakukan pencurian atau karyawan yang lain.













BAB III
KESIMPULAN
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa konflik dapat terjadi karena:
1.    Perbedaan individu, yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.
2.    Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda.
3.    Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok.
4.    Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.
Peran manajer dalam mengelola konflik sangat penting diantaranya:
  1. Manajer sebagai mediator dalam memecahkan masalah
  2. Manajer sebagai konsultan terhadap bawahan
  3. Manajer sebagai motivator terhadap organisasinya / perusahaannya
  4. Manajer mempunyai peran penting dalam pengambil keputusan
  5. Seorang manajer diharuskan bisa menguasai semua permasalahan dan dapat diselesaikan dengan musyawarah dan pemikiran yang baik sebelum memutuskannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar